MENGHITUNG INTENSISTAS SERANGAN HAMA
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hama merupakan salah satu
faktor pembatas dalam meningkatkan produksi pertanian. Dalam batas tertentu
populasi hama dapat menyebabkan penurunan hasil yang akhirnya dapat menimbulkan
kerugian ekonomis bagi petani. Hama dapat menyerang pada berbagai komoditas
baik itu komoditas pangan, hortikultura
maupun perkebunan. Keberadaan hama disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan sekitarnya seperti cuaca, faktor geografis, serta tindakan
manusia, dominasi intensitas dan luas.
Hama menajdi masalah karena
merusak tanaman dengan cara memakan, berlindung atau bersarang tergantung
spesiesnya salah satu faktor yang menentukan pentingnya susatu hama adalah
potensi atau kemampuan hama tersebut merusak tanaman. Kerusakan tanaman yang
disebabkan oleh serangan hama dapat mengakibatkan pengurangan mutu hasil, untuk
mengatasi kerusakan tanaman yang dibudidayakan yang disebabkan oleh serangan hama
maka perlu dilakukan pengendalian.
1.2 Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum
kali ini adalah untuk mengenal tentang hitungan sederhana nilai intensitas
serangan hama pada tanaman dengan gejala kerusakan tidak mutlak.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
menyebabkan kerugian secara
ekonomis. Kebanyakan hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman adalah dari
kelompok serangga. Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan, karena kerusakan
yang ditimbulkan oleh serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas
panen pada suatu pertanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tentu juga akan
mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Hama yang merugikan secara ekonomi,
biasanya merupakan hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi,
atau biasa kita sebut dengan hama langsung (Endah, 2005).
Pertumbuhan tanaman dapat
dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai
selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan
benih. Kebanyakan speises tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan
vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk
berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua rangsangan. Yang menyebabkan
perubahan itu terjadi, yaitu suhu dan panjang hari (Mugnisjah dan Setiawan,
1995).
Penentuan daerah sebaran suatu OPT
dapat dilakukan pada tingkat kabupaten/Kodya berdasarkan data hasil pengamatan
di tingkat kecamatan berupa data luas terkena serangan (LTS) yang menyatakan
seluruh serangan dengan intensitas ringan hingga puso dan luasan tanaman puso
dengan intensitas puso saja, dan frekuensi serangan
pada setiap masa panen (MP) setiap
tahun biasanya digunakan data lima sampai enam tahun secara berurutan. Pemetaan
hanya dilakukan pada tiap kecamatan, karena data diperoleh dari petugas
pengamat hama (PHP) di setiap kecamatan (Dirjen Bina Produksi Tanaman,
2002).
Peramalan hama bertujuan untuk
memberikan informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas serangan,
penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan datang. Informasi tersebut
sebagai dasar untuk menyusun perencanaan, saran tindak pengelolaan atau
penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip, strategi dan teknik PHT. Dengan
demikian diharapkan dapat memperkecil resiko berusaha tani, populasi/serangan
OPT dapat ditekan, tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi,
menguntungkan dan aman terhadap lingkungan. Analisis daerah serangan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) dilakukan berdasarkan data sekunder atau historis
luas tambah serangan (LTS) selama kurun waktu tiga tahun, untuk analisis indeks
serangan, ratio luas serangan, dan periode kritis serangan OPT dilakukan dengan
menganalisis data luas keadaan serangan selama kurun waktu satu tahun atau tiga
musim tanam padi secara berturut – turut (Bappenas, 1991).
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Pengamatan
Dari pengamatan ang
telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel pengamatan daun kopi 15 sampel
skala
|
Jumlah
|
0
|
2
|
1
|
12
|
2
|
1
|
3
|
-
|
4
|
-
|
k
|
Kpp
|
100%
|
23,33%
|
Tabel pengamatan daun alpukat 12 sampel
skala
|
Jumlah
|
0
|
-
|
1
|
-
|
2
|
3
|
3
|
5
|
4
|
4
|
k
|
Kpp
|
100%
|
56,25%
|
Tabel pengamatan daun asystacia gangetica 3
sampel
skala
|
Jumlah
|
0
|
-
|
1
|
3
|
2
|
-
|
3
|
-
|
4
|
-
|
K
|
Kpp
|
100%
|
25%
|
3.2 Pembahasan
Kerusakan mutlak dan
intensitas serangan pada tanaman asystacia gangentica gejala kerusakan mutlak
yaitu gejala rusaknya secara mutlak dari tanaman atau bagian tanaman, batang ,
dan daun. Sedangkan kerusakan relative adalah gejala rusaknya tanaman atau bagian
tanaman misalnya bagian daun seperti akibat serangan cendawan yang menyerang
sehingga bagian daun tersebut mengalami kerusakan bervariasi. Untuk menentukan
variasi atau kerusakan mutlak tanaman digunakan rumus I = a/ a + b x 100%
A adalah bagian tanaman yang
sakit dan B adalah bagian tanaman yang sehat.
Fungsi perhitungan intensitas
kerusakan adalah untuk menilai atau menghitung serangan hama. Serangan hama
yang menyebabkan kerusakan mutlak. Pada kerusakan tidak mutlak atau relative
digunakan untuk melihat inyensitas serangan hama yang menimbulkan kerusakan
tidak mutlak baik secara kuantitatif dinyatakan dalam persentase bagian tanaman
atau kelompok tanaman yang rusak atau terserang, sedangkan kualitatif
dinyatakan dalam kategori serangan ringan, serangan sedang, dan serangan berat.
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan. Pada daun kopi kerusakan yang dialami adalah kerusakan relative
karena persentasi dibawah 50% yaitu sebesar 23,33%, dan pada daun alpukat
kerusakan yang dialami adalah kerusakan mutlak karena persentasi yang didapat
diatas 50% yaitu sebesar 56,25% pada hal ini harus dilakukan pengendalian. Pada
dau asystacia gengentica kerusakan yang dialami adalah kerusakan relative
dengan persentasi 25%.
IV.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang
didapat dari praktikum ini yaitu:
1.
Perhitungan intensitas
serangan hama ini penting untuk diketahui agar kita mampu menghitung sederhana
nilai intensitas serangan hama pada tanaman dengan gejala-gejala tertentu
2.
Untuk menentukan kerusakan
mutlak tanama rumus
I = a/ a+b x 100%
3.
Kerusakan mutlak adalah
gejala rusaknya secara mutlak dari tanaman atau bagian tanaman, batang, malai
dan daun.
DAFTAR
PUSTAKA
Bappenas. 1991. Petunjuk lapang latihan PHT palawija. Program Nasional Pelatihan
dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Proyek Prasarana fisik bappenas. Jakarta.
Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Peta Daerah Endemis OPT Buku
1. Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.
Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Pemetaan Daerah Endemis OPT penting pada
tanaman Pangan. Pangan Buku 1. Pangan Balai Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.
Endah, Joisi, Nopisan. 2005. Mengendalikan
Hama dan Penyakit Tanaman
Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A.
1995. Produksi Benih. Penerbit Bumi Aksara Jakarta. Bekerjasama dengan
Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
Perhitungan
hasil pengamatan pada daun kopi
K = n x 100% = 15 x 100% = 100%
N 15
KpP = Σ(n x z) x
100%
N x z
= (0x2)+(1x12)+(2x1)+(3x0)+(4x0)
x 100%
15 x 4
= 0+12+2+0+0 x 100% = 23,33%
60
Perhitungan
hasil pengamatan pada daun alpukat
K = n x 100% = 12 x 100% = 100%
N 12
KpP = Σ(n x z) x
100%
N x z
= (0x1)+(1x0)+(2x3)+(3x5)+(4x4)
x 100%
12 x 4
= 0+0+6+15+16 x 100% = 56,25%
48
Perhitungan
hasil pengamatan pada daun gangetica
K = n x 100% = 3 x 100% = 100%
N 3
KpP = Σ(n x z) x
100%
N x z
= (0x0)+(1x3)
x 100%
3x4
= 3 x 100% = 25%
12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar