Selasa, 05 Agustus 2014

LAPORAN BHT: PERBANYAKAN Metarhizium anisopliae









I.PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Jamur M. anisopliae telah dikenal sebagai patogen pada berbagai jenis serangga hama dan dapat diproduksi secara komersial sebagai bioinsektisida. Walaupun jamur ini dapat menginfeksi begitu banyak serangga, ternyata intensitas serangan terbesar dan inang yang terbaik untuk berkembang biak adalah larva O. rhinoceros. Pada saat ini Metarhizium anisopliae umumnya dikembangkan padamedium padat buatan maupun medium alami dengan waktu relatif lama.

Penggunaan jamur entamopatogen (jamur yang hidup dan mengambil makanan dari tubuh serangga) dimulai sejak 1834, yakni ditemukannya jamur Metarhizium anisopliae. Jamur Metarhizium anisopliae telah digunakan untuk mengendalikan hama pada perkebunan kalapa di Indonesia dan menunjukan keberhasilan. Selanjutnya juga digunakan untukmengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura) pada kedelai di Balai Penelitian Kacang. Sejalan dengan kegiatan pengendalian OPT di lapangan, maka dilakukan perbanyakan jamur entamopatogen, oleh karena itu perlu dilakukan praktikum ini.

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan melakukan cara perbanyakan jamur Metarhizium anisopliae.






II. TINJAUAN PUSTAKA

Jamur Metarhizium anisopliae yang sebelumnya dikenal sebagai anisopliae entomophora adalah jamur yang hidup di tanah. Penggunaan Metarhizium anisopliae sebagai agen mikroba terhadap serangga sejak tahun 1879. Metarhizium anisopliae adalah anggota dari kelas Hyphomycetes dengan kategori jamur muscaridine hijau karena warna hijau muncul dari koloni. Jamur ini telah dilaporkan telah menginfeksi sekitar 200 jenis serangga dan arthropoda lainnya. Meskipun Metarhizium anisopliae tidak menular atau beracun untuk mamalia, namun jika menghirup spora dari jamur tersebut dapat menyebabkan reaksi alergi pada individu yang sensitif (Wikipedia, 2010).

Penggunaan Metarhizium anisopliae sebagai agen hayati merupakan jenis pestisida microbial (microbial pestiside), yaitu jenis produk biopestisida yang mengandung mikroorganisme (bakteri, fungi, virus, dan protozoa) sebagai bahan aktif dan jamur yang berlaku sebagai pembasmi serangga pada tanaman disebut bioinsektisida. Penggunaan agen hayati Metarhizium anisopliae sudah diketahui dapat menurunkan intensitas organisme pengganggu tanaman utama yang menyerang tanaman padi (Enceng, 2007).

Secara umum Metarhizium anisopliae masuk ke tubuh serangga melalui spirakel dan pori-pori atau kutikula dari tubuh serangga. Setelah masuk ke dalam tubuh serangga, jamur menghasilkan perpanjangan hifa lateral yang akhirnya berkembang biak dan


mengkonsumsi organ internal serangga. Pertumbuhan hifa berlanjut sampai serangga tersebut ditumbuhi dengan miselia. Selanjutnya jamur akan beristirahat melalui kutikula dan sporulates, yang membuat serangga tampak seperti diselimuti bulu halus berwarna putih (Wiryadiputra, 1995).

Metarhizium anisopliae dapat melepaskan spora (konidia) pada kondisi kelembaban rendah (<50%). Selain itu, jamur tersebut memperoleh nutrisi dari lemak pada kutikula serangga. Jamur ini juga dapat menghasilkan metabolit sekunder seperti destruxin, yang mempunyai sifat insektisida pada serangga. Zat metabolit sekunder dari fungi inilah yang akan dimanfaatkan sebagai pembasmi hama serangga (Suwahyono, 2009).

Penggunaan entomopatogen dari jamur adalah sebagai biopestisida dalam bidang pertanian. Karena kita mengenal bahwa insektisida tidak ramah lingkungan. Meski kandungan zat insektisida tersebut dapat membasmi hama atau golongan serangga yang merusak tanaman lebih cepat, namun dampak terhadap tanaman dan lingkungan juga berpengaruh tidak baik (Enceng, 2007).

Jamur Metarhizium anisopliae banyak digunakan untuk mengatasi larva macam-macam serangga pengganggu tanaman. Dalam penelitian ini pengujian toksisitas entomopatogen Metarhizium anisopliae ditujukan terhadap hewan jangkrik dan belalang yang sebagai wakil dari kelompok insekta yang sering merusak tanaman pada umumnya. Kedua hewan ini termasuk dalam satu famili yaitu Gryllidae. Disini akan diuji seberapa toksik racun yang dihasilkan oleh jamur Metarhizium anisopliae terhadap jangkrik dan belalang (Wikipedia, 2013).









III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang didapat yaitu sebagai berikut:

Kelompok
Foto
Keterangan
Kelompok 1

H1 = Belum tumbuh jamur pada media
H2 = Belum banyak jamur yang tumbuh
H3 = Jamur yang tumbuh mulai banyak dan berwarna hijau

Kelompok 2



H1 = Jamur belum tumbuh pada media
H2 – H3 = Media tumbuh jamur tetapi masih sedikit
Kelompok 3


H1 = Belum tumbuh jamur pada media
H2 = Media tumbuh jamur tetapi masih sedikit
H3 = Jamur yang tumbuh mulai banyak
Kelompok 4

 

 



H1 = Jamur belum menunjukkan pertumbuhan
H2 = Jamur sudah mulai tumbuh banyak pada media
Kelompok 5
H1 = Jamur belum tumbuh
H2 = Jamur mulai tumbuh pada media
H3 = Terdapat banyak jamur yang tumbuh

Kelompok 6
 

 


H1 = Belum tumbuh jamur pada media
H2 = Media tumbuh jamur tetapi masih sedikit
H3 = Jamur yang tumbuh mulai banyak
Kelompok 7
 



H1 = Jamur belum menunjukkan pertumbuhan
H2 – H3 = Jamur yang tumbuh sedikit dan mulai terlihat
Kelompok 8
 

 

 

H1 = Jamur belum tumbuh pada media
H2 – H3 = Jamur yang tumbuh mulai banyak
Kelompok 9
  


 
H1 = Jamur belum tumbuh pada media
H2 – H3 = Media tumbuh jamur tetapi masih sedikit
3.2 Pembahasan

Klasifikasi Metarhizium anasopliae adalah sebagai berikut :
Kingdom         :  Fungi
Phylum            : Ascomycota
Class                : Sordariomycetes
Ordo                : Hypocreales
Family             : Clavicipitaceae
Genus              : Metarhizium
Species            : Metarhizium anisopliae

Koloni cendawan Metarhizium anisopliae pada awal pertumbuhannya berwarna putih, kemudian berubah menjadi hijau gelap dengan bertambahnya umur. Miselium bersekat, diameter 1,98-2,97 µm, konidiofor tersusun tegak, berlapis, dan bercabang yang dipenuhi dengan konidia. Konidia bersel satu berwarna hialin, berbentuk bulat silinder dengan ukuran 9,94 x 3,96 µm. Temperatur optimum untuk pertumbuhan Metarhizium anisopliae berkisar 220 – 270C. Konidia akan membentuk kecambah pada kelembapan di atas 90%, namun demikian konidia akan berkecambah dengan baik dan patogenisitasnya meningkat bila kelembapan udara sangat tinggi hingga 100%. Koloni dapat tumbuh dengan cepat pada beberapa media seperti jagung dan beras.

Perbedaan jamur Metarhizium anisopliae dengan yang lain yaitu pada jamur Metarhizium anisopliae memiliki spora berbentuk silinder, bersel satu, memiliki konfidor tumbuh tegak, bersifat saprofit. Sedangkan pada jamur yang lain yang bersifat entamopatogen contohnya pada jamur Beuveria bassiana yang memiliki spora berbentuk bulat. Pada sterigma yang pendek, hialin berbentuk tunggal. Beberapa jenis jamur yang bersifat entamopatogen diantaranya yaitu Beuveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Aspergillus parasititus, dll.
Dari hasil praktikum yng telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa jamur Metarhizium anisopliae tumbuh baik pada media jagung. Hal ini terbukti karena media jagung menghasilkan rata jumlah spora tertinggi pada jamur Metarhizium sp. Hal ini juga terjadi karena kandungan nutrisi jagung lebih tinggi dibandingkan dengan media lainnya. Dengan kandungan karbohidrat sebesar 30,3% per 100 gram dan protein 4,1% mampu memberikan suplai energy sebesar 109%. Dengan kandungan nutrisi tersebut jagung sangat cocok digunakan sebagai media yang paling baik untuk perbanyakan jamur khususnya jamur M. anisopliae.

Jamur Metarhizium anisopliae dapat tumbuh baik pada waktu yang relative singkat yaitu 24 jam setelah penempelannya pada media seperti jagung, beras, dan ketan hitam. Jamur Metarhizium anisopliae tersebut dapat tumbuh cepat dengan syarat samua factor yang mempengaruhi pertumbuhannya pada kondisi optimum.

Penyebab jamur tidak tumbuh kontaminan disebabkan oleh derajat keasaman (pH), pH mempengaruhi pertumbuhan jamur. Jika pH optimum maka jamur dapat tumbuh kontaminan, pH optimum untuk tumbuhnya kontminan berkisar 6,5. Kemudian radiasi matahari juga berpengaruh pada tumbuh atau tidaknya kontaminan. Radiasi matahari dapat menyebabkan kerusakan pada spora. Selain itu suhu dan kelembaban, suhu dan kelembaban mempengaruhi pertumbuhan konidia dan pathogenesis.













IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1.      Jamur Metarhizium anisopliae tumbuh baik pada media jagung dibandingkan dengan meda lainnya.
2.      Jamur Metarhizium anisopliae dapat tumbuh baik pada waktu yang relative singkat yaitu 24 jam setelah penempelannya pada media.
3.      Perbedaan jamur Metarhizium anisopliae dengan yang lain yaitu memiliki spora berbentuk silinder, bersel satu, memiliki konfidor tumbuh tegak, bersifat saprofit.
4.      Jenis jamur yang bersifat entamopatogen diantaranya yaitu Beuveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Aspergillus parasititus, dll.
5.      Penyebab jamur tidak tumbuh kontaminan disebabkan oleh derajat keasaman (pH), radiasi matahari, suhu dan kelembaban.






















DAFTAR PUSTAKA

Enceng, Surachman. 2007. Hama Tanaman, Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan.
Kanisius. Jakarta.

Suwahyono. 2009. Perbanyakan Jamur Metarhizium. Kanisius Yogyakarta.

Wikipedia. 2013. Entamopatogen. http://wikipedia.org.com. Diunggah pada 9
            Desember 2013 pukul 21.35 WIB.

Wiryadiputra. 1995. Perbanyakan pada Jamur. Gadjah Mada University Press.
            Yogyakarta.



Please take out with credit:')






























Tidak ada komentar:

Posting Komentar