Selasa, 05 Agustus 2014

LAPORAN BHT: PENGENALAN ORDO SERANGGA (I)



















PENGENALAN ORDO SERANGGA



















I.                   PENDAHULUAN


1.1.    Latar Belakang
Perlindungan tanaman merupakan segala upaya untuk mencegah kerugian pada usaha budidaya tanaman, yang diakibatkan oleh pengganggu tanaman. Serangga merupakan golongan hewan yang dominan dimuka bumi sekarang ini yang jumlahnya kira-kira 50% dari jumlah populasi mahluk hidup di bumi. Dalam jumlah mereka melebihi hewan melata daratan lainnya praktis mereka terdapat di mana-mana.

Hama ialah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat dengan mata. Hama tersebut dapat berupa binatang, dan dapat merusak tanaman secara langsung maupun secara tidak langsung. Hama yang merusak secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya gerekan dan gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung biasanya melalui penyakit.
Hama pada tanaman merupakan momok dalam budidaya tanaman meningkatkan hasil produksi. Penanggulangan hama dan penyakit yang tepat dan meminimalkan dampak negatif terhadap erorganisme-organisme biotik sebagai musuh alami menjadi prioritas penting dalam pengendalian.

Dampak yang timbul akibat serangan hama menyebabkan kerugian baik terhadap nilai ekonomi produksi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta petani sebagai pelaku budiaya tanaman dengan kegagalan panen serta turunnya kwalitas dan kuantitas hasil panen. Pengendalian hama yang tidak sesuai dan tepat akan memberikan dampak kerugian yang lebih besar dari pada serangan hama itu sendiri terhadap tanaman.


Adapun manfaat dalam mempelajari hama tanaman khususnya ke enam ordo serangga hama adalah agar praktikan dapat mengenal serangga hama, jenis mulut, daur hidup, tipe perkembangbiakan dan siklus penyerangannya sehingga dapat diketahui cara yang tepat untuk pengendalian serangga hama tersebut.

Oleh karena itu dilakukan praktikum  pengenalan ordo-ordo serangga kali ini untuk mengetahui berbagai ordo serangga dan spesie-spesiesnya serta gejala penyakit atau  gejala serangan dari sampel yang digunakan.


1.2.    Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum kali ini iatah sebagai berikut:
1.             Mengetahui berbagai ordo serangga dan spesimennya masing-masing.
2.             Mengetauhi gejala tanaman yang terserang serangga.




















II.                TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Deskripsi Serangga Hama
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama (Kalshoven 1981). Sebagian bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami (Christian & Gotisberger 2000).

Hama terdapat dalam berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam"). Secara morfologi Arthropoda dicirikan dengan badan yang beruas biasanya mencapai lebih dari 21 ruas, yang tiap ruasnya mempunyai sepasang anggota badan (appendages) namun sepasang anggota badan ini ada yang mereduksi atau berubah bentuk dan fungsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok. Ciri penting lain adalah kelompok arthropoda tidak memunyai struktur tulang di dalam tubuhnya. Arthropoda mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi tubuh bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya disebut eksosekeleton. Bagian paling luar mempunyai struktur yang paling keras dan diperkuat oleh khitin. Meskipun keras namun strukutur ini masih memungkinkan pergerakan di

tiap ruas (Eko, 2013).
2.2.    Golongan Serangga Hama
Memahami pengetahuan morfologi serangga tersebut sangatlah penting, karena anggota serangga pada tiap-tiap ordo biasanya memiliki sifat morfologi yang khas yang secara sederhana dapat digunakan untuk mengenali atau menentukan kelompok serangga tersebut. Sifat morfologi tersebut juga menyangkut morfologi serangga stadia muda, karena bentuk-bentuk serangga muda tersebut juga memiliki ciri yang khas yang juga dapat digunakan dalam identifikasi. Serangga (Insecta) dibagi menjadi 2 subkelas:
•    Apterygota (Tidak bersayap)
•    Pterygota (Bersayap)

Untuk penggolongan ordo serangga yang berpotensi menjadi hama ordo-ordo ini terbagi menjadi enam golongan yaitu :

2.2.1.     Ordo Orthoptera (bangsa belalang) 
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina . Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. 

Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum . Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). 

Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa ( Periplaneta sp.) Belalang sembah/mantis ( Otomantis sp.) Belalang kayu ( Valanga nigricornis Drum.) 

2.2.2.    Ordo Orthoptera (bangsa belalang) 
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina . Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. 

Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum . Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). 

Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa ( Periplaneta sp.) Belalang sembah/mantis ( Otomantis sp.) Belalang kayu ( Valanga nigricornis Drum.) 

2.2.3.    Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding 
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. 
Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah. 

Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang sangit ( Leptorixa oratorius Thumb.), Kepik hijau ( Nezara viridula L), Bapak pucung  ( Dysdercus cingulatus F) .

2.2.4.    Ordo Homoptera (wereng, dan kutu) 
Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus.
 Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti : Wereng coklat ( Nilaparvata lugens Stal.) Kutu putih daun kelapa ( Aleurodicus destructor Mask.) Kutu loncat lamtoro ( Heteropsylla sp.).

2.2.5.    Ordo Coleoptera (bangsa kumbang) 
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah , umumnya mandibula berkembang dengan baik.
 Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong (pupa) - dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya adalah : Kumbang badak ( Oryctes rhinoceros L) Kumbang janur kelapa ( Brontispa longissima Gestr) Kumbang buas (predator) Coccinella sp. 

2.2.6.     Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
 Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap , sedang larvanya memiliki tipe penggigit . 

Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur – larva - kepompong - dewasa. Larva bertipe polipoda , memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain : Penggerek batang padi kuning ( Tryporiza incertulas Wlk) Kupu gajah ( Attacus atlas L) Ulat grayak pada tembakau ( Spodoptera litura).

2.2.7.     Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk) 
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong - dewasa. Larva tidak berkaki (apoda biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F) lalat rumah ( Musca domestica Linn.) lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ). Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding 
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. 
Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah. 
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang sangit ( Leptorixa oratorius Thumb.) Kepik hijau ( Nezara viridula L) (Eko, 2013).

2.3.    Tipe-tipe Perkembangan Hidup Serangga Hama
Serangga dalam perkembangannya menuju dewasa mengalami metamorfosis. Metamorfosis adalah perubahan bentuk serangga mulai dari larva sampai dewasa. Adapula serangga yang selama hidupnya tidak pernah mengalami metamorfosis, misal kutu buku (Episma saccharina). Berdasarkan metamorfisnya, serangga dibedakan atas dua kelompok, yaitu:

a.    Paurometabola
Hemitabola/Paurometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur hidupnya Paurometabola serangga mengalami tahapan perkembangan sebagai berikut:
•    Telur
•    Nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya. Difase ini serangga muda mengalami pergantian kulit.
•    Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya.

b.    Holometabola
Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur – larva – pupa – imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan.









III.             HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1.        Hasil Pengamatan

Dari pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 1. Serangga Sampel
No.
Gambar
Keterangan
1
Kumbang macan
2
Kumbang sagu
3
Kupu-kupu gajah
4
Larva kupu-kupu gajah
5
Kumbang kubah
6
Lalat buah
7
Kumbang badak (nimfa)
8
Kumbang badak (imago)
9
Ulat penggulung daun (larva)
10
Ulat penggulung daun (pupa)
11
Cocopet





Tabel 2. Gejala Penyakit/ Serangan Hama
No.
Gambar
Keterangan1
1
Gejala paun tergigit
2
Gejala puru pada daun
3
Gejala pengorok daun



3.2.       Pembahasan
Dalam praktikum kali ini kita menggunakan berbagai spesimen dari beberapa ordo yang memiliki ciri-ciri tersendiri. Berikut penjelasan tentang masing-masing spesimen sampel dan gejala serangan hama pada tanaman:

Kumbang moncong
                                               
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insekta
Ordo               : Coleoptera
Famili              : Curculionidae
Genus              : Rhynchophorus
Spesies            : Rhynchophorus ferrugineus O.
Siklus hidup kumbang moncong bervariasi tergantung pada habitat dan kondisi lingkungannya. Musim kemarau yang panjang dengan jumlah makanan yang sedikit akan memperlambat perkembangan larva serta ukuran dewasa yang lebih kecil dari ukuran normal. Suhu perkembangan larva yang sesuai adalah 27°C-29°C dengan kelembaban relatif 85-95%. Satu siklus hidup hama ini dari telur sampai dewasa sekitar 6-9 bulan
Gejala Serangan
Pada tanaman muda kumbang moncong ini mulai menggerek dari bagian samping bonggol pada ketiak pelepah terbawah, langsung ke arah titik tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang gerekan dapat mencapai 4,2 cm dalam sehari. Apabila gerekan sampai ke titik tumbuh, kemungkinan tanaman akan mati. Pucuk kelapa sawit yang terserang, apabila nantinya membuka pelepah daunnya akan kelihatan seperti kipas atau bentuk lain yang tidak normal atau berbentuk segitiga atau seperti huruf V

Metode Pengendalian
Kumbang moncong tidak bisa terbang jauh, kisaran penerbangan 200 yard dari tempat pembibitan. Metode pengendalian adalah berburu pada tempat-tempat pembiakan, membunuh kumbang dalam tahap muda, larva, kemudian pastikan bahwa tidak ada kumbang lain yang dapat berkembang biak di sana. Kumbang betina bertelur pada semua jenis vegetasi yang membusuk, pupuk kandang, kompos, dan terutama di batang kelapa mati

Upaya terkini dalam mengendalikan kumbang moncong adalah penggunaan perangkap feromon. PPKS saat ini telah berhasil mensintesa feromon agregat (dengan nama dagang Feromonas) untuk menarik kumbang jantan maupun betina. Feromon agregat ini berguna sebagai alat kendali populasi hama dan sebagai perangkap massal. Pemerangkapan kumbang moncong dengan menggunakan ferotrap terdiri atas satu kantong feromon sintetik.

Kumbang Kubah

Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Coccilinedae
Genus : Epilachna
Spesies: Epilachna sparsa

Bioekologi
Serangga hama ini dikenal dengan kumbang daun kentang atau potato leaf beetle, termasuk ordo Coleptera, famili Coccinellidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Telur E. sparsa diletakkan pada daun yang masih much. Larva berukuran panjang 10 mm den mullah terlillat karena pada bagian dorsal terdapat driri-duri lunak. Larva ini memakan daun kentang. Kumbangnnya berukuran panjang 10 mm, berwarna merah dengan spot hitam. Banyaknya spot hiram ini membedakan species yang satu dengan yang lainnya. Daur hidup kumbang 7-10 rninggu.
Gejala
Larva dan kumbang E. Sparsa memakan permukaan alas dan bawah daun kentang sehingga tinggal epidermis dan tulang daunnya (karancang). Tanaman inang E. sparse adalah terung, tomat, jagung, padi, dan kacang tanah.
Pengendalian
Pengendalian E. Sparse dapat dilakukan dengan
" Pengambilan larva den imago kemudian dimusnahkan
" Penyemprotan insektisida sistemik bila sudah ditemukan gejala serangan.

Lalat Buah
   
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom             :     Animalia 
Phyllum               :     Arthropoda 
Kelas                   :     Insecta 
Ordo                    :     Diptera 
Famili                  :     Drosophilidae 
Genus                  :     Drosophila 
Spesies                :     Drosophila melanogaster 

Lalat buah adalah organisme yang memiliki ciri yang sudah dikenal dan sesuai untuk penyelidikan genetika karena mudah berkembang biak dan memiliki siklus hidup singkat. Sepasang lalat buah dapat menghasilkan 300-400 butir telur. Siklus hidup drosophila terdiri atas stadium telur, larva, pupa, dan imago. Telur Drosophila sp. Telur Drosophila berukuran kira-kira 0,5 mm berbentuk lonjong, permukaan dorsal agak mendatar, sedangkan permukaan ventral agak membulat. Pada bagian anterodorsal terdapat sepasang filament yang fungsinya yang melekatkan diri pada permukaan, agar telur tidak tenggelam pada medium. Pada bagian ujung anterior terdapat lubang kecil yang disebut micropyle, yaitu tempat masuknya spermatozoa. Telur yang dikeluarkan dari tubuh biasanya sudah dalam tahap blastula. Dalam waktu 24 jam telur akan menetas menjadi larva. Larva yang menetas ini akan mengalami 2 kali pergantian kulit, sehingga periode stadium yang paling aktif. Larva kemudian menjadi pupa yang melekat pada permukaan yang relative kering, yaitu pada dinding botol kultur atau pada kertas saring. Pupa akan menetas menjadi imago setelah berumur 8-11 hari bergantung pada spesies dan suhu lingkungan. (http://supportme5.wordpress.com).
Dewasa pada Drosophila sp dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan. Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio.
Pengendalian serangga hama ini adalah dengan pancingan minyak sereh wangi. Untuk membunuh lalat buah yang tertarik datang pada minyak sereh wangi yang diteteskan pada kapas, diperlukan bahan lain, misalnya deterjen atau bahan perekat. Dengan menambahkan bahan perekat pada tetesan minyak sereh wangi pada kapas ternyata dapat menambah keefektikan dalam mengendalikan populasi lalat buah jantan maupun betina.

Kumbang badak
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Coleoptera
Family             : Scarabaeidae
Genus              : Oryctes
Species            : Oryctes rhinoceros L.
Kumbang tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae) merupakan hama yang utama menyerang tanaman kelapa sawit di Indonesia, khususnya di areal peremajaan kelapa sawit. O. rhinoceros menggerek pucuk kelapa sawit yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan rusaknya titik tumbuh sehingga mematikan tanaman (Susanto dan Utomo, 2005)
Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat bulu-bulu halus, sedang pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek pupus yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda diareal peremajaan (Purba. 2005).

Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian salah satu ketiak pelepah daun paling atas. Kumbang merusak pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf ”V”. Gejala ini merupakan ciri khas kumbang O. rhinoceros (Purba, dkk. 2008). Serangan hama O. rhinoceros dapat menurunkan produksi tandan buah segar pada panen tahun pertama hingga 60 % dan menimbulkan kematian tanaman muda hingga 25 % (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009)
Oryctes Rhinoceros menyerang tanaman kelapa yang masih muda maupun yang sudah dewasa. Satu serangan kemungkinan bertambah serangan berikutnya. Tanaman tertentu lebih sering diserang. Tanaman yang sama dapat diserang oleh satu atau lebih kumbang sedangkan tanaman di dekatnya mungkin tidak diserang.. Kumbang dewasa terbang ke ucuk pada malam hari, dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas pucuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, keempat, kelima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling disukai. Setelah kumbang menggerek kedalam batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun mudah yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat setelah daun membuka. Bentuk guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang kelapa Oryctes.

Ulat Penggulung Daun
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Hesperiidae
Genus : Erionota
Spesies : Erionota thrax L
Gejala Serangan
Daun yang diserang ulat biasanya digulung, sehingga menyerupai tabung dan apabila dibuka akan ditemukan ulat di dalamnya. Ulat yang masih muda memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Di dalam gulungan tersebut ulat akan memakan daun.
Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka ulat akan pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Apabila terjadi serangan berat, daun bisa habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan daun.
Morfologi/Bioekologi
Kupu-kupu mengisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil berterbangan pada waktu sore dan pagi hari serta bertelur pada malam hari.
Telur diletakkan berkelompok sebanyak ± 25 butir pada daun pisang yang masih utuh.
Ulat yang masih muda warnanya sedikit kehijauan, tubuhnya tidak dilapisi lilin. Sedangkan ulat yang lebih besar berwarna putih kekuningan dan tubuhnya dilapisi lilin.
Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan dilapisi lilin. Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai belalai (probosis). Siklus hidup di Bogor berkisar antara 5 – 6 minggu.
Tanaman Inang Lain
Tanaman pisang hias, pisang serat.

Pengendalian
• Cara mekanis
- Daun pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang ada di dalamnya dimusnahkan
• Cara biologi
- Pemanfaatan predator seperti burung gagak dan kutilang
- Pemanfaatan parasitoid telur (tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr), parasitoid larva muda (Cotesia (Apanteles) erionotae Wkl), dan parasitoid pupa (tabuhan Xanthopimpla gampsara Kr.). Parasitoid lainnya: Agiommatus spp., Anastatus sp.. Brachymeria sp., dan Pediobius erionatae.


Kupu kupu gajah
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Famili              : Saturniidae
Genus              : Attacus
Spesies            : Attacus atlas Linnaeus

Siklus hidup Kupu Gajah berlangsung selama 90-115 hari, dan merupakan serangga polyvoltin, yaitu serangga yang dapat hidup lebih dari 2 generasi dalam setahun, sehingga serangga ini ada sepanjang tahun. Waktu di mana serangga ini paling banyak ditemukan adalah antara bulan November hingga Januari.
Ulat dikenal dengan ulat keket dan ngengatnya disebut dengan kupu gajah. Pohon inangnya adalah sirsak, jambu biji, mahoni, keben dan alpukat. Ukuran kokon Attacus atlas sekitar 3 – 6 ukuran kokon murbey dengan lapisan tebal dan keras. Ulat keket ini berwarna hijau muda tidak berbulu, relatif tidak menjijikan sehingga sejak dulu tidak pernah dibasmi, apalagi warna kupunya juga indah. 
Kepompong Kupu Gajah telah dimanfaatkan untuk menghasilkan serat sutra. Kelebihan dari serat sutra Kupu Gajah dibandingkan serat sutra pada umumnya adalah ukuran serat yang cukup panjang (mencapai 2500 meter per kepompong), kuat, lembut, tidak mudah kusut, tahan panas, tidak menimbulkan alergi, dan memiliki warna alami yang bervariasi, mulai dari coklat muda, coklat tua, dan
keabu-abuan.


Kumbang Macan

Klasifkasi
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Coleoptera
Family             : Cincidellidae
Genus              : Cincidela
Species            : Cincidela sp.
Gerak-gerik kumbang harimau giat dan cepat sekali. Ia dapat lari secepat kecoa. Ia dapat terbang meninggalkan permukaan daun dengan cepat sekali. Ia mempunyai hiasan dan warna cemerlang, seperti hijau kebiru-biruan berkilat. Matanya besar sekali untuk melihat mangsanya. Kumbang harimau merupakan predator yang kuat. Baik larva maupun dewasa menangkap mangsanya dengan taring besarnya, kemudian memakannya. Ia aktif berburu pada siang hari, melihat
gerak-gerik mangsanya dengan mata yang besar dan indah, kemudian menangkapnya.
Daur hidup
Telur diletakkan di seresah daun dan tanaman. Setelah menetas, larvanya membuat lubang di tanah. Kepala larva berbentuk rata sehingga larva dapat menyembunyikan diri di dalam lubang tanah dengan meratakan kepalanya dengan permukaan tanah disekitarnya. Serangga mangsa yang lewat tidak bisa melihatnya. Larva kumbang keluar menangkap mangsa dengan cepat. Bila mangsa mencoba mundur, larva dapat membuka semacam kait yang ada di belakang badannya jadi dia tidak bisa ditarik keluar dari lubangnya sehingga mangsanya tidak dapat melepaskan diri. Larva menjadi kepompong, dan akhirnya kumbang dewasa keluar.
Cocopet

Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Dermaptera
Famili              : Forficulidae
Genus              : Forficula
Spesies            : Forficula auricularia

Serangga ini bertubuh langsing, memiliki alat pencepit yang mencolok pada ujung abdomen yang berfungsi untuk memangsa, melawan predator, dan memegang pasanganyya ketika kopulasi. Tipe mulut mandibulata dan mengalami metamorfosis sempurna. Panjang tubuhna 1,25-2 cm, termasuk cerci, termasuk dalam ordo Dermaptera. Jika ada yang mengusik serangga ini dengan jari, maka ekornya dapat membengkok di atas punggung dan menegakkan cercinya dengan sikap mengancam. Dalam sikap seperti ini, serangga ini lebih mirip kalajengking, hanya saja tidak berbisa, sedang cercinya tidak cukup kuat untuk membuat cedera. Biarpun begitu, penampilannya seringkali menakutkan. Serangga ini kadang-kadang menyelinap dalam telinga. Hal ini bukan akibat pilihan sengaja serangga tersebut untuk mencari telinga, seperti yang dibayangkan sementara orang, tetapi pencerminan kebiasaanya untuk istirahat dalam setiap relung yang dianggap cocok. Bagi cocopet, telinga adalah suatu relung juga. Sayap belakangnya tembus cahaya(membran) berbentuk setengah lingkaran dengan ciri berupa urat-urat dan lipatan, timbul ketika istirahat, sayap dilipat dibawah sayap depan yang pendek dan terlihat seperti kulit mentah, dan ini yang menyebabkan adanya tekukan baik melintang maupun lipatan membujur. 

Gejala Penyakit

Tanaman yang terserang oleh serangga memiliki ciri-ciri dan gejala yang berbeda-beda tergantu serangga penyerang dan bagian tanaman yang diserang. Berikut adalah beberapa gejala penyakt tanaman yang diakibatkan serangan serangga pada daun tanaman:

Daun terserang Pengorok daun (Liriomyza huidobrensis)
Gejala Serangan
Kerusakan akibat larva Liriomyza huidobrensis, dapat mengurangi kapasitas fotosintesa pada tanaman serta dapat menggugurkan daun pada tanaman muda.
Larva merusak tanaman dengan cara mengorok daun sehingga yang tinggal bagian epidermisnya saja. Serangga dewasa merusak tanaman dengan tusukan
ovipositor saat meletakkan telur dengan menusuk dan mengisap cairan daun sehingga terlihat adanya liang korokan larva yang berkelok – kelok .Pada serangan parah daun tampak berwarna merah kecoklatan. Akibatnya seluruh permukaan tanaman hancur. Didaerah tropika tanaman yangvterserang hama ini seperti terbakar. Kerusakan langsung berupa luka bekas gigitan pada tanaman sehingga dapat terinfeksi oleh fungi maupun oleh bakteri penyebab penyakit tanaman.

Puru pada daun oleh Procontarina mattilok

Filum   : Arthopoda
Kelas   : Hexapoda
Ordo    : Lepidoptera
Famili  : Gelektididae
Genus  : Procontarina
Spesies: Procontarina mattilok

Keterangan
            Gejala serangan yang disebabkan oleh gejala puru pada daun menyebabkan daun menjadi bentol-bentol atau adanya benjolan pada daun, disebabkan oleh penggumpalan nutrisi yang seharusnya tersebar keseluruh daun. Gejala serangan yang disebabakan oleh gejala puru pada batang yang menyebabkan batang tanaman menjadi membengkak pada bagian tengah batang, pada bagian yang membengkak tersebut  berisi spesimen serangga semacam ulat.

Daun Tergigit

Filum   : Arthopoda
Kelas   : Hexapoda
Ordo    : Ortoptera
Famili  : Acrididae
Genus  : Valanga
Spesies: Valanga migricornis
Keterangan
            Gejala yang disebabkan oleh hama pemakan menyebabkan daun menjadi robek atau bolong, daun tidak utuh, hama menyerang dengan cara memakan dan mengunyah dengan jenis mulut brgerigi, daun  yang terserang hama pemakan ini hampir sebagian telah habis termakan oleh hama.
























IV.             KESIMPULAN



Dari hasil pengamatan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.             Hama merupakan organisme yang menyerang tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu, yang dampaknya turunnya kualitas dan kuantitas serta kerugian ekonomis bagi manusia.
2.             Hama terdapat dalam berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Serangga (disebut pula insecta dibaca “insecta”) adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang):karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani berarti “ berkaki enam).
3.        Terdapat enam ordo pada serangga hama yaitu : Ordo Orthoptera (bangsa belalang), Ordo Hemiptera (Bangsa kepik/walang sangit dsb), Ordo Coleoptera (bangsa kupu-kupu atau ngengat, Ordo Diptera (bangsa lalat buah).
4.             Seranggan serangga terhada tanaman menimbulkan gejala yang berbeda-beda.









DAFTAR PUSTAKA


Diakses pada 18 Desember 2013

Arief, arifin. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional. Surabaya.

Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan. Kanius.Yogyakarta.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka cipta, Jakarta

Diakses pada 18 Desember 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar